Wednesday 14 October 2009

alasan mengapa seorang laki-laki menangis

Seperti halnya manusia normal,laki-laki juga dapat mengungkapkan emosi sedihnya dengan menangis, banyak alasan yang membuat mreka seperti itu..

kaya dibawah ini gan cntohnya...

Sosok pria sebagai seorang ayah, ia akan menangis,sedih,atau kecewa jika:
* Ada pria lain, selain dirinya, di hati istri yang amat dicintainya.
* Ia ditinggalkan sendirian oleh anak dan istrinya.
* Ia tidak pernah dianggap ada oleh keluarganya.
* Kedatangannya disambut dengan omelan, berbagai macam pertanyaan penuh kecurigaan, atau muka masam dari istri dan atau anak2nya.
* Istrinya diketahui selingkuh atau “ada main” dengan pria lain.
* Ia tidak mampu memberikan uang jajan untuk putra/i yg dicintainya.
* Ia tidak mampu memberikan atau membelikan yg terbaik untuk istri dan anak2nya.
* Ia masih tergantung dgn orang tuanya, terutama dalam segi materi.
* Ia teringat dgn masa lalunya yg begitu menyenangkan,dan sekarang ia merasa begitu menderita.
* Jika masa lalunya begitu kelabu,ia akan menyesalinya mengapa ia seperti itu.
* Ia dimasukkan oleh anak-anaknya ke panti jompo setelah ia tidak lagi mampu berbuat apa-apa.
* Ia dibantah anak-anaknya dengan cara yang begitu kasar.
* Anak2nya yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang membencinya ketika mereka (beranjak) dewasa.
* Anak2nya menjadi pembangkang,nakal,bandel,sulit diatur. Intinya adalah anak-anaknya menjadi orang yang kurang/tidak cerdas baik dari segi IQ,EQ,SQ, maupun AQ.
* Anak2nya hanya mau hartanya saat ia ada, bahkan sampai berebut warisannya setelah ia tiada.


Sosok pria sebagai seorang anak, balita, anak kecil, atau remaja ia akan menangis, bersedih,berduka,atau kecewa jika:

* Kehadirannya di dunia ini ternyata tidak dikehendaki oleh orang tuanya.
* Ia dikatakan sebagai anak haram, anak durhaka, anak yang tak tahu balas budi, anak kurang ajar, anak yang tak tahu berterimakasih, dan sebutan lainnya yang tak pantas.
* Ia tidak dibelikan mainan atau sesuatu yang diinginkannya.
* Ia merasa haus.
* Ia merasa lapar.
* Ia merasa atau melihat orang tuanya tidak harmonis, sering cekcok, sering bertengkar.
* Ia dijauhkan dari sesuatu (baik barang, benda, mainan, maupun eseorang) yang disukai atau dicintainya.
* Ia merasa kemauan/keinginannya tidak dipenuhi oleh orang tuanya.
* Ia dimarahi, terutama hanya gara-gara masalah kecil/sepele.
* Ia dibentak-bentak.
* Ia terlalu dibatasi dan dikekang.
* Ia dilarang bergaul dengan lawan jenis, hanya karena alasan takut dengan pergaulan bebas. Solusinya: orang tua memberitahu cara-cara bergaul yang agamis dan dinamis.
* Ia dilarang melakukan sesuatu dengan alasan kasihan atau sayang. Sering kita mendengar orang tua berkata, “Melarang itu berarti tanda sayang.” Tidak dalam semua hal ungkapan ini benar.
* Ia tahu orang tuanya terlilit hutang, atau ada masalah yang tak mudah untuk dipecahkan.
* Ia tahu orang tuanya terlibat dalam masalah kriminal.
* Ia dipaksa menikah, atau dijodohkan orang tuanya dengan seorang gadis yang tidak dicintainya, atau dijodohkan dengan seorang wanita demi memenuhi ambisi, keinginan, kemauan orang tuanya, misalnya: mempertahankan kerajaan bisnis keluarga, demi reputasi-popularitas, demi kekayaan dan kejayaan, dsb.

Sosok pria sebagai seorang kekasih, ia akan menangis, atau setidaknya terluka, kecewa, bersedih hati, jika:

* Ia tidak bisa membahagiakan wanita yang dikasihinya.
* Kehadirannya sama seperti ketiadaannya.
* Ia tidak bisa membuat wanita yang disayanginya tersenyum bahagia dan wajahnya berbinar ceria.
* Wanita yang dicintainya (ternyata) tidak mencintainya dengan sepenuh hati, atau hanya mencintainya dengan separuh hati.
* Kekasihnya berpaling ke lain hati, mencari kehangatan lelaki lain, mencari pelukan lelaki lain.
* Wanita yang dipujanya (diam-diam) mengagumi, memuji-muji, memuja kelebihan cowok lain, terlebih di depan matanya sendiri, lalu memandang rendah dirinya.
* Wanita idaman hatinya hanya mencintai hanya saat memerlukannya, jika tidak sedang butuh… wanita itu berpaling ke pria lain.
* Ia melihat wanita yang dikasihinya sedang bermesraan, bergandengan tangan, berciuman, dan/atau berselingkuh dengan pria lain.
* Ia dibanding-bandingkan dengan pria lain, terutama dalam masalah status, pekerjaan, dan… uang (harta).
* Ia merasa dikhianati oleh wanita yang begitu dikaguminya dikasihinya, disayanginya, dan dicintainya.
* Ia ditinggalkan, dicampakkan, ditelantarkan, atau ditinggal pergi begitu saja, diputuskan secara sepihak oleh wanita yang amat dicintainya.
* Ia (merasa) dicintai oleh wanita yang salah, pada saat yang salah (di waktu yang tidak tepat), dan di tempat yang salah.
* Ia setia, namun kekasihnya tak setia.
* Cinta wanita kepadanya dihiasi dengan kepalsuan.
Setelah semuanya tiada, pria itu ditinggalkan begitu saja.
* Cinta wanita kepadanya dibingkai dengan kehampaan.
* Ia terlalu dikekang atau diatur oleh kekasihnya.
* Ia harus selalu menuruti atau membenarkan semua kemauan, keinginan, saran, nasihat, pendapat dari wanita yang amat dicintainya.
* Wanita yang disayanginya berubah menjadi baik hanya jika “ada maunya”.
* Ia melihat wanita yang amat dicintainya sedang menangis atau bersedih hati.
* Ia tidak bisa membantu wanita yang dikasihinya saat wanita tersebut benar-benar memerlukan pertolongannya.

Sosok pria sebagai seorang pelajar/mahasiswa ia akan menangis, kecewa, dan/atau bersedih hati jika:

* Ia dipaksa masuk ke jurusan yang sebenarnya kurang/tidak disukainya. Contoh kasus: orang tuanya ingin agar ia jadi dokter, sehingga ia dimasukkan ke fakultas kedokteran. Padahal sebenarnya ia ingin menjadi pebisnis yang hebat.
* Ia tidak lulus ujian.
* Ia gagal diterima di sekolah pilihannya.
* Ia dikatakan atau dianggap bodoh oleh guru/dosen atau teman-temannya.
* Ia tidak diterima di dalam pergaulan dengan teman sebayanya.
* Ia dilarang tahu banyak hal oleh guru/dosennya, atau dikatakan belum saatnya kamu tahu tentang hal ini, padahal sebenarnya ia ingin menjadi ahli dalam hal itu.
* Ia seorang pelajar/mahasiswa yang berprestasi dan berbakat, namun kurang/tidak didukung oleh sarana-prasarana dan fasilitas yang memadai.
* Pemikiran atau pendapatnya (yang telah sesuai dengan berbagai literatur terbaru dan terpercaya) disalahkan, tidak diterima, diacuhkan begitu saja hanya gara-gara ia belum senior, masih belum bergelar, dsb.
* Karya tulisnya diplagiat (dijiplak, ditiru seluruhnya, di-copy paste) oleh orang lain.
* Ia dianggap orang yang aneh dan unik hanya gara-gara perilakunya, perkataanya, pemikirannya, pendapatnya aneh dan unik juga.

Sosok pria sebagai seorang pemuka/tokoh agama ia akan menangis, kecewa, dan/atau bersedih hati jika:

* Dirinya sendiri ternyata jauh dari Allah, atau belum sepenuhnya menjalankan perintah agama yang dianutnya.
* Putra/putrinya sulit diatur, sukar dinasihati, tidak bersikap sesuai ajaran agama.
* Ia melihat umatnya bergelimang di dalam dosa dan kemaksiatan.
* Ia tidak bisa membuat jamaah/gembalanya menjadi lebih baik dan lebih tercerahkan hidupnya.
* Ayat-ayat kitab suci tidak diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari.
* Tempat ibadah hanya sebagai simbol atau pelengkap, tidak dimakmurkan, tidak digunakan, dan tidak dimaksimalkan fungsinya.
* Ibadah hanya dilakukan sebatas ritual atau seremoni rutin belaka.
* Banyak orang yang melakukan kejahatan atas nama agama dan Tuhan.
* Banyak orang yang saling membenci, bermusuhan, bertikai, membeda-bedakan hanya karena berbeda agama.
* Agama (termasuk ayat-ayat dari kitab suci) hanya digunakan sebagai topeng, kedok, atau senjata yang memudahkan atau memuluskan jalan untuk mencari popularitas/uang, meraih jabatan, melangsungkan pernikahan, melanggengkan bisnis, dan semata demi kepentingan duniawi.
* Agama dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Inilah yang mengakibatkan berkembangnya paham sekuler dan hedonisme.
* Ada orang yang mengaku sebagai orang suci, utusan Tuhan, atau Nabi.
* Ada orang yang menjual diri demi sesuap nasi.
* Ada orang yang rela menukar keyakinan agamanya demi memperoleh kesenangan/nikmat duniawi.
* Ada orang yang tidak beragama, atau tidak yakin sepenuhnya kepada (kasih sayang) Allah.

Sosok pria sebagai seorang sahabat sejati, ia akan menangis, bersedih hati, terluka, atau kecewa jika:

* Dikhianati, terutama oleh orang-orang terdekatnya.
* Dimanfaatkan oleh siapapun dalam bentuk apapun.
* Tidak ada seorangpun yang menolongnya saat ia memerlukan bantuan.
* Diputuskan, diasingkan, dikucilkan dari pergaulan tanpa sebab atau alasan yang jelas.
* Difitnah secara keji, terutama oleh orang yang selama ini dipercayainya.


Sosok pria sebagai “musuh Tuhan”, teroris, atheis, penjahat, atau koruptor, ia akan menangis, bersedih hati, terluka, atau kecewa jika:

* Banyak orang yang bertaubat dan dekat dengan Allah.
* Banyak wanita yang menutupi auratnya, berjilbab, dan menjaga kesucian serta harga dirinya.
* Para pejabat menjadi jujur, tidak lagi mau disuap, diberi gratification.
* Birokrasi di negeri ini menjadi begitu cepat dan dipermudah.
* Supremasi hukum ditegakkan, sehingga semuanya sama dihadapan hukum.

No comments:

Post a Comment